Blogroll

Pembelajaran Alternatif

Oleh : Armanawi Guru MAN Lhokseumawe Proses Belajar Mengajar di level pendidikan dasar dan menengah memang dilematis, mengundang perhatian para pemerhati pendidikan di berbagai kalangan. Berbagai dilematis, kalau diorganisasikan secara bersama antara pengajar dan pihak sekolah akan menemukan solusi. Bahwa pembelajaran bahasa inggeris dan matematika (ima) di sekolah memungkinkan untuk digabung dengan metode pembelajaran alternatif yang diterapkan di kursus-kursus. Penerapan metode ini terlebih dahulu harus diketahui apa yang dibutuhkan oleh siswa yang digali dari pembelajaran tindakan kelas bisa mejadi alternatif baik diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak didik sebagai inovasi pendidikan. Pembelajaran ima dewasa ini tidak bisa lagi dianggap sebagai pelajaran yang menjadi "momok" (menakutkan, memberatkan dan rumit) bagi kebanyakan siswa, berbagai alternatif pembelajaran dari tempat kursus dapat perlu menawar¬kan berbagai model pembelajar¬an alternatif. Dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) banyak sekolah/madrasah mengadakan belajar tambahan pada sore hari untuk mengantisipasi agar para siswa mampu menjawab soal-soal UN tersebut. Kesempatan ini menjadi alternatif penerapan berbagai model pembelajaran yang dapat diterima dan mudah dimengerti para siswa. Berbagai sistem pembelajaran alternatif dewasa ini telah banyak sumber yang dapat dijadikan referensi (media pembelajaran dari buku atau internet), metode yang ditawarkan tersebut tidak ber¬tentangan boleh saja model yang baik diadopsi oleh guru di sekolah/madrasah untuk melengkapi proses pem¬belajarannya. Terlebih lagi, pemerintah telah mendesentralisasikan pembela¬jaran ke satuan pendidikan dengan adanya Kuriku¬lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bahwa Pada pertengahan tahun 2006 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengeluarkan standar isi melalui permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Standar Isi 2006 ini merupakan standar minimal yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) oleh masing-masig masing-masing sekolah. Tiap satuan pendidikan diperbolehkan memperdalam KTSP yang dikembangkan sesuai dengan potensi siswa maupu potensi lingkungannya. Sehingga, pembelajaran Ima disajikan dan digunakan oleh seluruh kelompok siswa; kelompok normal (novice), kelompok sedang (intermediate) dan kelompok (advance). Dalam hal ini, guru dapat memilih materi-materi bahasan yang sesuai dan cocok bagi pengembangan potensi kelompok siswa di masing-masing sekolah. Pengkajian tiap materi bahasan didasarkan pada satu atau lebih indikator hasil belajar dalam satu Kompetensi Dasar. Namun demikian, urutan pengkajian materi bahasan lebih dititikberatkan pada keterkaitan antara materi bahasan yang satu dengan materi bahasan berikutnya. Dengan urutan pengkajian materi bahasan semacam ini, akan memudahkan bagi guru dalam menyusun silabus (rencana dan pelaksanaan pembelajaran) yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dari pertemuan kelas yang satu ke pertemuan berikutnya. Tiap Materi Pokok disusun secara sistematis dengan mengelompokkan komponen yang saling berkaitan, agar target pencapaian kompetensi dasar dapat terpenuhi. Komponen-komponennya adalah: 1) Inspirasi pembuka; bertujuan agar siswa terimotivasi memperdalam materi untuk menggunakan metode yang dipelajari. Life skill yang dibangun adalah kecakapan personal-kesadaran diri: kesadaran akan potensi diri dan dorongan untuk pengembangannya. 2) Materi bahasan dikaji atas dasar satu atau lebih indikator hasil belajar kompetensi dasar. Konsep, sifat, dan aturan dalam tiap materi bahasan dideskripsikan dengan menggunakan kaidah pedagogik pada umumnya (kajian diawali dari kongkrit ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit). Jika kondisi memungkinkan, konsep, sifat, aturan, atau rumus dalam matematika sebaiknya ditemukan kembali oleh siswa dengan bimbingan guru (guided re-invention). Tiap materi bahasan diakhiri diikuti dengan Reinforcement (penguatan) berisi soal-soal teori dan soal-soal aplikasi yang dikerjakan secara individu. Untuk membangun kompetensi siswa dalam hal kecakapan personal-berpikir (mengolah informasi, dan memecahkan masalah). Misalnya: bagaimana siswa memahami soal, bagaimana memilih pendekatan atau strategi pernecahan, bagaimana menyelesaikan model Ima yang diperoleh, serta bagaimana menafsirkan solusi terhadap masalah semula. 3) Kompetensi; Soal-soal aplikasi yang dikerjakan secara berkelompok. Untuk membangun kompetensi siswa dalam hal kecakapan personal-berpikir (mengolah informasi, dan memecahkan masalah), dan kecakapan sosial (berkomunikasi, dan bekerjasama). 4) Pemecahan soal merupakan titik berat (fokus) dalam pembelajaran matematika, dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: (a) soal mencari (problem to find) adalah soal tentang mencari nilai suatu besaran yang tidak diketahui dan memenuhi syarat yang ditetapkan dalam soal. (b) soal membuktikan (problem to prove) adalah soal yang berkaitan dengan membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran suatu pernyataan. 5) Evaluasi uji kompetensi komprehensif terdiri atas soal-soal pemecahan masalah yang meliputi seluruh materi bahasan dalam kurun waktu satu semester atau satu tahun. Ada dua jenis soal yang disajikan yaitu soal pilihan ganda, dan soal uraian terstruktur. Uji kompetensi komprehensif dapat digunakan sebagai pelatihan dalam mengahadapi Ulangan Umum, semester atau tahunan. Bagaimana memberikan "isi", agar siswa mengerti memecahkan permasalahan pembelajaran sepe¬nuhnya diserahkan kepada guru dan sekolah. Guru menawarkan solusi kepada sekolah melalui kebijakan sekolah/madrasah, apakah ditindak lanjuti atau di diamkan saja, karena ada perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Bila hanya guru yang aktif tanpa diikuti oleh top menejer di sekolah, program-program tersebut dalam perjalannya agak pincang. Solusi Model-model pembelajaran Ima alternatif misalnya melalui: (1) Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sehingga, siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. LC pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988). Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005, Rahayu, 2005). (2) Contact Teaching Learning (CTL). Konsep belajar CTL adalah sebuah usaha kerja sama antara guru dan siswa dalam mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan lingkungannya. Tujuan akhir dari sistem pengajaran CTL adalah susatu pemaknaan proses belajar mengajar (PBM) mengaitkan materi ajar dengan lingkungan siswa, sehingga, para siswa mendapat pengalaman belajar yang sesuai dengan dunia nyata. Kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri. Proses PBM melibatkan 3 aspek, yaitu: aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri siswa. Atau melalui (3) pembelajan PQ4R. Dengan desain demikian diharapkan pembelajaran Ima dapat memacu perkembangan potensi otak siswa. Ketika perkembangan potensi otak terpacu, diharapkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu, perhatian, dan minat mempelajari Ima, serta dapat membangkitkan sikap gigih, dan percaya diri dalam memecahkan masalah. Hal inilah yang merupakan fokus esensial Kompetensi siswa, membangkitkan motivasinya untuk menghasilkan output yang baik setiap satuan pendidikan. Tidak terbiasa Permasalahannya, guru belum terbiasa dan terlatih merancang silabus pembelajar¬annya sendiri. Termasuk me¬ngombinasikannya dengan model-model pembelajaran kreatif lainnya. Kendala lainnya terkadang model pembelajaran kreatif keti¬ka diterapkan dan dimasalkan di sekolah malah sulit berjalan. Hal itu karena tidak adanya dukung¬an dan apresiasi dari lingkungan kerja guru, kepala sekolah dan perangkat kependidikan lainnya. Pembelajaran alternatif ini kiranya dapat dijadikan solusi pembelajaran bahasa inggeris dan matematika yang menyenangkan. _________ (Dimuat di SKM Aspirasi Rakyat, edisi 11, (20/4/2009)

0 Response to "Pembelajaran Alternatif"