Blogroll

Cara Shalat Witir

Shalat witir merupakan shalat sunat yang dikerjakan di malam hari setelah qiyamul lail (shalat malam). Witir adalah Shalat penutup setelah shalat malam yang jumlah rakaatnya ganjil, dapat dikerjakan sebanyak satu rakaat, tiga, lima, tujuh, atau sembilan. Shalat malam di bulan Ramadhan disebut tarawih, ada yang mengerjakan 4 rakaat 4 rakaar ditambah witir 3 rakaat (11 rakaat). Ada juga yang melaksanakan 2, 2 rakaat (20 rakaat, ditambah 1 atau 3 rakaat witir). Persoalannya berikut ini adalah bagaimana sebenarnya cara shalat witir yang 3 rakaat? Apakah dengan cara 2 kali salam, setelah 2 rakaat, tasyahhut kemudian salam dan berdiri lagi ditambah 1 rakaat, tasyahut dan salam atau dikerjakan sampai rakaat ke-3, tasyahut dan salam? Beberapa hadis berikut ini menjadi arah dan panduan kepada kita tentang waktu dan cara shalat Rasulullah SAW. Waktu pelaksanaannya dimulai setelah shalat insya hinggan terbit fajar. Setelah shalat tarawih, kemudian ditutup dengan shalat witir. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT mengulurkan kepadamu dengan shalat, yaitu shalat witir, Allah SWT menjadikannya untuknya di saat setelah shalat isya hingga terbit fajar”. (HR. Tirmidzi). Kapan lebih utama dikerjakan di awal waktu atau pada akhir? Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir di awalnya, dan barangsiapa yang ingin bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir di akhir malam, maka sesungguhnya shalat di akhir malam di saksikan, dan itu lebih utama". (HR. Muslim). Aisyah Radhiallahu ‘anha menerangkan tentang shalatnya Rasul di bulan Ramadhan, “Rasul tidak pernah shalat malam lebih dari 11 rakaat, baik di bulan Ramadhan maupun diluar Ramadhan, yaitu beliau shalat 4 rakaat, maka jangan engkau tanya tentang bagus dan lama shalatnya, kemudian beliau shalat 4 rakaat lagi, maka jangan engkau tanya tentang bagus dan lama shalatnya, kemudian beliau shalat witir 3 rakaat.” (HR. Bukhari 2/47 dan Muslim 2/166). Memperhatikan hadis tersebut di atas bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan shalat tarawih 4 rakaat sekali salam, berarti ada 2 kali salam, kemudian beliau witir 3 rakaat satu kali tasyahhud dan salam. Berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata; Nabi Muhammad SAW tidak salam dalam dua rakaat witir. Dan dalam satu lafazh: Beliau shalat witir tiga rakaat, tidak duduk kecuali di akhirnya. (HR. an-Nasa'i 3/234 dan al-Baihaqi 3/31). Membandingkan HR. Bukhari 2/47 dan Muslim 2/166 bahwa Nabi Mengerjakan shalat 4 rakaat, 4 rakaat dan 3 rakat witir pada bulan ramadhan maupun di luar ramadhan. Namun, Nabi Muhammad SAW ada juga mengerjakan shalat malam dengan 2 rakaat sekali salam. Sebagaimana hadis berikut bahwa; "Shalat malam itu (jumlah rakaatnya) dua rakaat-dua rakaat, maka apabila salah seorang darimu khawatir (sudah tiba waktu) shalat subuh, ia shalat satu rakaat mengganjilkan baginya shalatnya.(HR.Bukhari no. 911 dan Muslim no. 749). Di samping itu, berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar RA: Sesungguhnya ia memisahkan di antara shalat genapnya dan witirnya dengan satu kali salam. Dan ia mengabarkan bahwa Nabi melakukan hal itu. (HR. Ibnu Hibban 12435). Sekurang-kurang witir adalah satu rakaat, berdasarkan sabda Nabi "Witir adalah satu rakaat di akhir malam." (HR. Muslim). Di sisi lain Nabi Muhammad SAW ada mengerjakan shalat witir dengan lima atau tujuh rakaat, sesungguhnya ia dilaksanakan bersambung, dan tidak tasyahhud kecuali satu kali tasyahhud di akhimya dan salam. Berdasarkan riwayat 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: Rasulullah SAW shalat malam tiga belas rakaat, melaksanakan witir dari hal itu dengan lima rakaat, tidak duduk kecuali di akhirnya.(HR. Muslim no.737). Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, ia berkata, Nabi shalat witir lima dan tujuh rakaat, dan beliau tidak memisah di antaranya dengan salam dan tidak pula dengan ucapan.(HR. Ahmad 6/290, an-Nasa'i 1714). Dan apabila ia shalat witir sembilan rakaat, maka sesungguhnya ia dilaksanakan bersambung dan duduk untuk tasyahhud pada rakaat ke-delapan, kemudian ia bangkit dan tidak salam, lalu tasyahhud di rakaat ke sembilan dan salam. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan 'Aisyah radhiyallahu 'anha, sebagaimana dalam Shahih Muslim (746), sesungguhnya Nabi Muhammad SAW shalat sembilan rakaat, tidak duduk padanya kecuali pada rakaat ke delapan. Maka beliau berzikir dan memuji Allah SWT serta berdoa kepada-Nya. kemudian bangkit dan tidak salam. Kemudian beliau berdiri dan tidak salam. Kemudian beliau berdiri, lalu shalat rakaat ke sembilan. Kemudian duduk, berzikir kepada Allah SWT, memuji dan berdoa kepada-Nya. kemudian beliau salam dan kami mendengarnya. Nabi Muhammad SAW, para sahabat ataupun tabiin yang menunjukkan tidak disukainya shalat witir tiga rakaat menyerupai shalat maghrib, diantaranya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda, “Janganlah kamu witir dengan 3 rakaat, tetapi witirlah dengan 5 rakaat atau 7 rakaat, dan janganlah kamu menyamakannya dengan shalat Maghrib.” (HR. Daruquthni). “Janganlah engkau mengerjakan witir tiga rakaat yang menyerupai Maghrib, tetapi hendaklah engkau berwitir lima rakaat.” (HR. Al-Baihaqi, At Thohawi dan Daruquthny dan selain keduanya, lihat Sholatut Tarawih hal 99-110). Adapun maksudnya melarang witir tiga rakaat apabila menyerupai Maghrib yaitu dengan dua tasyahud, namun kalau witir tiga rakaat dengan tidak pakai tasyahud awal, maka yang demikian tidak dapat dikatakan menyerupai. (Lihat Ibnu Hajar dalam Fathul Bari II:385 dan dianggap baik oleh Shan’aani dalam Subulus Salam II:8). Realita di masyarakat ada yang menyebut iftitah witir 2 rakaat. Mereka yang mengikuti paham 2 kali salam pada witir 3 rakaat adalah pada rakaat ke-2 bertasyahud dan memberi salam, kemudian bangkit lagi dan shalat satu rakaat, tasyahud dan salam. (baca; Al-Hafidh Muhammad bin Nashr al-Maruzi dalam kitab Qiamullail:119). Beberapa perawi hadis di atas telah memaparkan bahwa shalat sunat witir adalah rakaat ganjil hanya sekali salam dan jangan melaksanakan witir tiga rakaat menyurapai shalat maghrib dengan dua kali tasyahhud, yang demikian itu tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah SAW bahkan yang demikian tidak luput dari kesalahan. Semua ibadah yang dilaksanakan tidak mengikuti aturan akan ditolak. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengerjakan suatu amalan tanpa ada dasar dari urusan (agama) kami, maka ia tertolak.” (H.R.Muslim no. 1718). Mudah-mudahan tulisan singkat ini berguna untuk memotivasi kita dalam meningkatkan ilmu agama Islam, dan dalam melaksanakan shalat witir kita dapat diterima di sisiNya. Amin. Wallahu a’lam bi shawab.

0 Response to "Cara Shalat Witir"