Blogroll

Implikasi Ramadhan di Bulan Syawal

Syawal diawali dengan hari raya Idul Fitri bagi umat islam setelah melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan yang diwajibkan kepada orang dewasa yang beriman agar menjadi orang takwa. Implikasi Ramadhan merupakan bulan pengampun dosa, antara lain, berfungsi sebagai pelebur dosa, selagi dosa-dosa besar dijauhi (HR. Muslim). Dosa, meski dalam al Qur'an disebut dengan istilah yang bermacam-macam seperti al-Kbathiyyab (penyelewengan), adz-dzanb (perbuatan salah), as-sayyiah (perbuatan jelek), al¬itsm (perbuatan dosa), al-Fusuq (fasik), al-izhyan (maksyiyat), al-'utuw (sombong), dan al-fasad (perbuatan merusak), namun pada hakekatnya dosa itu tidak lain adalah : "sesuatu yang terasa menggelisahkan jiwa, dan pelakunya tidak mau menampakkannya kepada orang lain (HR. Ahmad). Ketika setiap orang menyadari dan insaf atas kesalahan perbuatan dosanya, dalam arti bertobat maka Allah akan mengapuni atau bisa sebaliknya, ini sesuai dengan Sabda Rasulullah, "Sesunggubnya apabila seorang mukmin melakukan perbuatan dosa, maka hatinya ternoda oleh titik hitam. Apabila ia mau bertaubat dan tidak akan mengulangi perbuatan dosa lagi serta beristighfar, maka hatinya akan menjadi bersih kembali. Titik hitam itulah yang dimaksud dalam firman Allah : Sekali-¬kali tidak (demikian), sebenarnya yang mereka lakukan membuat noda hitam dalam hatinya (Q.S. 83:14)" (HR. Ibnu Majjah dan Ahmad). Taubat merupakan pernyataan yang ikhlas diikuti oleh perbuatan secara sadar dan tulus tidak akan mengulangi lagi perbuatan salah. Perbuatan salah dengan manusia harus meminta maaf dengan manusia, sedangkan salah dengan Tuhan maka harus melalui ibadah melalui taubatun nasuha. Secara psikologis, orang yang melakukan dosa pasti akan selalu teringat dalam hatinya apa yang pernah dilakukan selalu menghantuinya, oleh karena itu jalan penyembuhan adalah melalui permohonan ampun (minta maaf). Proses kejiwaan yang bermanfaat dapat membantu seseorang yang pernah melakukan kesalahan agar bisa hilang dalam ingatannya tertebus dosanya adalah melalui pintu taubat. Dr. Musthafa Fahmy, dalam Al-Insan wa Shihhatuhu an- Nafsiyyab menyebutkan manfaat taubat adalah : (1) memberikan harapan baru bagi jiwa yang telah mengalami kehancuran akibat perbuatan dosa untuk dapat dibersihkan kembali, (2) menumbuhkan rasa menghargai diri sendiri, atau dengan kata lain dapat membuat seseorang lebih percaya diri. Dan ini merupakan modal utama bagi upaya pembentukan suatu kepribadian baru yang lebih baik, (3) menjadikan jiwa pelaku dosa lebih stabil dan tenteram, karena rasa bersalah (quilty feeling) yang terus menghantui telah terkikis habis, (4) membebaskan seseorang dari tekanan perasaan berdosa dan rasa takut. la tidak lagi merasa diteror oleh ketakutan yang luar biasa terhadap malapetaka yang bakal menimpanya, akibat perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, jika seorang muslim ingin menjadi manusia normal dan beriman terlepas dari perbuatan dosa adalah jangan gemar mencoba apa yang dilarang oleh Allah swt dan Rasulnya. Bila pernah terlanjur berbuat seperti, korupsi, mark up harga barang di perkantoran, potong gaji pengawai dan lain sebagainya, harus mengembalikan hak-hak orang tersebut sehingga kembali kepada fitrah. Sebab perbuatan jahat akan mendatangkan kemudharatan di kemudian hari, sebaliknya perbuatan baik akan membuat jiwa tenteram. Sebagaimana hadist beriku; 'perbuatan baik (al¬birr) merupakan suatu perbuatan yang membuat jiwa tenteram dan hati menjadi tenang" (HR.Ahmad). Zikir akan memberi ketenangan jiwa karena selalu mengagungkan Asma Allah, mengingat kemurahan-Nya, tidak putus asa atas berbagai cobaan Allah, tidak mudah putus asa, frustasi atau stress, akan tetapi justru bersabar dan bertawakkal, berdo'a dan berikhtiyar. Dengan demikian, Insya Allah hatinya akan bertambah tenang karena selalu mengingat Allah dan hari akhirat, sehingga bisa mengatasi segala macam cobaan, di perkantoran, masyarakat dan keluarga yang sedang dihadapi (Q.S. 13:28; 65:2-3). Kehadiran Idul Fitri merupakan bulan ajang silaturahmi secara sosiologis akan mempererat hubungan rasa persaudaraan yang renggang menjadi dekat kembali yang dibina melalui tali persaudaraan antar keluarga, tetangga, teman-teman di kantor dan di masyarakat bahkan sampai ke tingkat negara. Rasa persaudaraan pada hari itu umat islam menjadi lebih mudah saling maaf memaafkan atas kekhilafan, ketelanjuran sebelumnya. Sehingga akan saling timbul saling hormat-menghormati, tolong-menolong, saling mempercayai sesama. Bila realitas sosial rasa persaudaraan ini dapat terpelihara di berbagai lingkungan, lingkungan perkampungan, tempat kerja dan sebagainya akan menjadi aman tenteram dalam kehidupan ini. Sebagaimana Rasulullah bersabda: "Kamu semua tidak akan masuk surga kecuali jika telah menjadi orang-orang yang beriman, dan kamu tidak dianggap or¬ang yang beriman kecuali jika kamu saling mengasihi. Apakah kamu mau aku beri petunjuk, jika kamu suka menger¬jakan maka kamu menjadi saling mencintai? 'Siarkanlah salam di antara kamu dan bersalam-salamanlah, jauhi¬lah prasangka, sebab prasangka itu ada¬lah berita yang amat bohong. janganlab kamu takabur /menyombongkan diri, berupaya mencari musuh, mencari cacat orang lain, saling iri dan dengki, benci¬-membenci, jauh-menjauhi, bercera-i¬berai. Akan tetapi hendaklah kamu semua menjadi hamba Allah yang bersaudara."' (HR. Muslim dari Abi Hurairah). Bila semua rangkaian ritual dan ibadah sudah dilaksanakan sesuai aturan, maka implikasi ramadhan pada bulan syawal ini terbebas dari dosa (fitri), kita saling bersalaman dan menyebutkan, takaballahumina wamingkum, takabbal yakarim. NB:1.(dimuat di harian serambi,25/9/2009) 2. Judul ini seharusnya Implimentasi Ramadhan...,(silap ketik ketika kirim ke media, maaf).

0 Response to "Implikasi Ramadhan di Bulan Syawal"