Blogroll

Arah Pendidikan Kita

Arah Pendidikan Kita Oleh: ARMANAWI Membangun pendidikan masa depan diarahkan kepada kompetensi profesional dan skill (kecakapan) tertentu perlu mendapat perhatian berbagai kalangan, para pendidik dan pemerintah sama-sama merintis dan melakukan pembeharuan ke-arah persaingan global. Pendidik adalah orang yang memikirkan dan memberi masukan kepada pemerintah tentang perkembangan global sistem pendidikan yang harus ditempuh. Sedangkan, pemerintah adalah pemegang amanah mengendalikan segala kebijakan tentang pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kebijakan yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mengelola sumber daya alam bagi generasi penerus. Akhir-akhir ini upaya pemerintah bidang pengembangan SDM sudah mulai dirintis dengan pemberian bea siswa kepada mereka yang berprestasi agar dapat melanjukan pendidikan ke perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri, semoga membawa perubahan bagi kemajuan pendidikan Aceh. Arah pendidikan kita diupayakan mampu melayani kebutuhan masyarakat kepada empat strategi pengembangan pendidikan yang menjadi orientasi perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan nasional. Yaitu;1). pemerataan pendidikan 2). Peningkatan mutu 3). Relevansi dan 4). Efisiensi. Pertama, Pemerataan kesempatan pendidikan (equal of opportunity), aksebilitas, dan keadilan. Persamaan, berarti bahwa setiap orang punya peluang yang sama untuk memperoleh pendidikan. Bahwa sistem pendidikan nasional tidak membedakan jenis kelamin, status sosial ekonomi, agama dan letak geografis. Aksebilitas berarti setiap orang tanpa memandang asal usulnya punya akses dalam pendidikan. Sedangkan, keadilan mengandung implikasi perbedaan perlakuan menurut kemampuan, jurusan, bakat dan minat. Dengan demikian mereka punya peluang sama dalam berkompetisi memasuki perguan tinggi. Sedangkan kesempatan secara makro adalah semua ruang pengetahuan harus punya akses di tingkat sarjana. Kedua, Peningkatkan mutu—berpangaruh pada seleksi input—PBM yang efektif ditunjang oleh sumber daya guru yang berkualitas, mampu berkompetetif di setiap kecakapan, maka PBM harus mengembangkan sistem belajar yang memakai logika, rasio, penalaran—reasoning—argumen dan menempatkan manusia secara sentral. Pengalaman ini dapat dilihat ketika renainsance lahir di Eropah pada abad pertengahan, mereka menemukan kembali jati diri yang hilang dengan cara mengembangkan sistem belajar rasional logika dan penalaran. Seiring dengan tuntututan zaman peningkatan mutu pendidikan terus dicari solusi dengan diterapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memberi peluang kepada sekolah, siswa untuk saling berkompetensi dalam PBM. Pada tahap lanjutan akan sangat logis kalau dikembangkan dengan memakai krikulum sistem kredit semester setiap pelajaran seperti sistem perkuliahan—yang mampu tidak musti harus tiga tahun di bangku SLTA. Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi menuntut kemampuan manajerial guru mengelola kelas menguasai berbagai kecerdasan siswa mendapatkan pendidikan dari sekolah. Bahwa manusia memiliki kecerdasan multi atau multiple intelligences. Gardner dalam Agus Nggermanto (2003:49) mengatakan, Multiple intelligences meliputi kecerdasan logis, matematis, kecerdasan linguistik-verbal, kecerdasan visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinesthetic, kecerdasan emosional, (intrapersonal-dan interpersonal), kecerdasan naturalistik, kecerdasan spritual dan lain-lain. Kecerdsan matematik dan linguistik biasanya diklasifikasikan sebagai IQ. Sedangkan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal dimasukkan EQ dan kecerdasan spritual (SQ). Proses pembelajaran di kelas adalah aktivitas yang terjadi antara guru dengan siswa. Setiap siswa membawa kecerdasan masing-masing, guru berkewajiban melayani semua ragam kecerdasan dan semua gaya belajar siswa, guru dapat mendesain sistem pembelajaran di kelas dengan metode, strategi atau model-model pembelajaran tertentu agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan mudah dan menyenangkan. Di kelas, guru dapat merencanakan sekolah sebagai pusat sumber daya masyarakat. Misalnya, menerapkan PBM sistem ingury dimana para siswa diberi kebebasan berkarya dan kemudian dipurnakan dalam diskusi di kelas secara terjadwal, dan mengambil kesimpulannya. Ke-tiga; peningkatan relevansi pendidikan, diharapkan dapat memberikan kontribusi secara inovatif terhadap pengembangan pusat-pusat keunggulan yang sesuai dengan ciri dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Untuk Nangroe Aceh Darussalam kurikulum bernuansa Islam memadukan kurikulum pelajaran umum dengan pelajaran agama adalah pilihan yang tepat. Seperti, King khalid Islamic college di Australia atau Al-Azhar di Cairo-Mesir. Sehingga, lulusannya tidak kalah saing dengan pendidikan luar negeri bertarap International. Perlu mengembangkan kurikulum berstandar Internasional seperti Standar International Beccalaureate (IB) yang telah diakui oleh lebih 100 negara, ijazah yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga pendidikan yang menggunakan standar IB dapat diterima di sekolah-sekolah favotire di dunia. Seperti, Harvard University, MIT, Stanford, Oxford atau London school of economic. Deutausch akademisher Dienst di Jerman. Ke-empat; peningkatan efisiensi pelaksanaan pendidikan nasional. Menejer sekolah/madrasah mempunyai nilai strategis—kebijakan pengembangan pendidikan menyesuaikan kebutuhan pendidikan masa depan, dan pemanfaatan keuangan tepat guna—mampu menghasilkan outcome para lulusan sesuai kebutuhan pasar sebagai aset inverstasi SDM. PBM mendatang setiap sekolah harus merencanakan dan memprogramkan kelengkapan sarana dan prasarana belajar yang mampu memberi inspirasi dan mendukung pelaksanaan PBM sesuai kebutuhan mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah fevorite memiliki tawaran program-program kompentatif. Pendidikan yang perlu ditawarkan adalah mampu menawarkan kurikulum memenuhi kebutuhan perkembangan masyarakat masa depan. Sehingga, Setiap lulusan pada sekolah/madrasah tentu menjadi standar bagi masyarakat menentukan pilihan. Peran kepala sebagai menejer di sokolah/madrasah dan kontrol masyarakat memberi solusi arah pendidikan masa depan. Semoga kerja sama tiga pusat pendidikan—orangtua, sekolah (pemerintah sebagai penyelenggara), dan masyarakat (sebagai kontrol sosial)—ini menjadi starting point pendidikan masa depan. __________________ Penulis Armanawi adalah Guru MAN Lhokseumawe dan Sekum KOBAR-GB Lhokseumawe .

0 Response to "Arah Pendidikan Kita"